Bila
kita mendengar Pulau Kangean maka akan terlintas dalam benak kita rasa
keengganan, karena dari berbagai cerita, Kepulauan Kangean yang letaknya
berada di bagian utara Pulau Madura sangat sulit dijangkau dan memakan
waktu lama karena harus melintasi lautan yang ombaknya terbilang cukup
keras. Wajar saja bila kepulauan ini namanya belum begitu dikenal. Namun
bagi para petualang, keadaan semacam ini justru menjadi daya tarik
tersendiri dengan banyaknya hal-hal yang menantang.
Ada banyak sekali pulau di kepulauan ini, baik yang berpenghuni maupun pulau kosong, bahkan beberapa diantaranya belum bernama. Meskipun letaknya terpencil namun Kepulauan Kangean memiliki potensi alam yang cukup banyak, baik itu berupa flora maupun faunanya, diantaranya adalah burung gosong (Megapodius reinwardt). Salah satunya di Pulau Saobi yang telah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam.
Orang mungkin mengira bahwa burung ini memiliki wujud sesuai dengan namanya yaitu gosong, padahal bila mengetahui keadaan sesungguhnya ternyata jauh berbeda dengan namanya. Sekilas burung ini hampir mirip dengan saudaranya yaitu burung maleo yang asli Sulawesi, namun ada beberapa perbedaan diantara keduanya. Oleh karena itu agar tidak terjadi salah persepsi akan kami ulas berbagai hal mengenai burung gosong yang saat ini keberadaannya bertambah langka.
Morfologi Burung Gosong
Burung gosong tergolong burung yang bersayap pendek dan hidup di atas tanah. Terbangnya kaku dan biasanya hanya untuk jarak yang pendek tetapi mampu lari dengan baik. Bila dewasa burung ini berukuran sedang (36 cm), warnanya coklat keabu-abuan dengan sisi muka kemerah-merahan dan jambul pendek. Tubuh bagian atas coklat merah, bagian bawah keabu-abuan. Burung-burung muda berbintik dan bergaris-garis coklat serta coklat gelap, pada bagiaan iris berwarna coklat, paruh berwarna kuning, kaki berwarna jingga.
Penyebaran Burung Gosong
Burung gosong tersebar di sepanjang pantai Nusa Tenggara dan Maluku Tenggara. Di daerah Jawa dan Bali hanya ditemukan di Kepulauan Kangean, Jawa Timur.
Kebiasaan Burung Gosong
Burung ini mempunyai kebiasaan hidup sendiri (soliter) atau ber-pasangan (bila sudah kawin), berlari tergesa-gesa di lantai hutan dan semak bahkan hutan bakau, serta menggaruk-garuk tanah untuk mencari serangga. Bila merasa terganggu burung ini akan berlari atau terbang rendah di atas tanah. Pada malam hari mereka bertengger pada ketinggian 5 sampai 10 meter diatas tanah.
Selain kebiasaan tersebut, burung gosong juga mempunyai kebiasaan unik yaitu pada malam hari mengeluarkan suara aneh dan menakutkan, kadang-kadang mengeluarkan suara pangilan berceguk-ceguk rendah. Makanan burung ini adalah buah-buahan kecil dan serangga.
Perkembangbiakan Burung Gosong
Burung gosong bersarang secara tidak biasa karena inkubasi telur terjadi di dalam tumpukan tanah dan vegetasi kering yang membusuk. Sarang ini dibuat untuk digunakan selama beberapa tahun, kadang-kadang beberapa pasangan menggunakan tumpukan tanah yang sama dan mereka saling menolong untuk meletakkan daun-daun yang baru, ranting-ranting dan kayu mati dengan kakinya.
Burung betina membuat terowongan pada bagian atas tumpukan tanah dan meletakkan telurnya yang besar dan berwarna merah jambu yang semakin lama menjadi semakin pucat. Burung gosong muda yang berbulu lengkap keluar dari cangkangnya setelah 70 hari dan sudah bisa terbang. Masa berbiak burung ini di Kepulauan Kangean tercatat pada bulan April.
Burung gosong merupakan salah satu jenis satwa yang masuk kategori dilindungi undang-undang. Oleh karena itu diharapkan peran semua pihak untuk ikut membantu upaya pelestariannya. Apalagi keberadaannya di alam yang mulai memprihatinkan dan sangat rawan terhadap upaya perburuan terutama telurnya untuk konsumsi masyarakat. Burung langka ini juga cukup sensitif dan sulit beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Bahkan upaya perkembangbiakan yang dilakukan di sejumlah lembaga konservasi pun belum pernah berhasil dan selalu berakhir dengan kematian. Dengan deskripsi singkat mengenai burung gosong, kita akan lebih mengenal keberadaan saudara dekat burung maleo yang unik ini, sehingga diharapkan bisa mempelajarinya lebih jauh.
Ada banyak sekali pulau di kepulauan ini, baik yang berpenghuni maupun pulau kosong, bahkan beberapa diantaranya belum bernama. Meskipun letaknya terpencil namun Kepulauan Kangean memiliki potensi alam yang cukup banyak, baik itu berupa flora maupun faunanya, diantaranya adalah burung gosong (Megapodius reinwardt). Salah satunya di Pulau Saobi yang telah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam.
Orang mungkin mengira bahwa burung ini memiliki wujud sesuai dengan namanya yaitu gosong, padahal bila mengetahui keadaan sesungguhnya ternyata jauh berbeda dengan namanya. Sekilas burung ini hampir mirip dengan saudaranya yaitu burung maleo yang asli Sulawesi, namun ada beberapa perbedaan diantara keduanya. Oleh karena itu agar tidak terjadi salah persepsi akan kami ulas berbagai hal mengenai burung gosong yang saat ini keberadaannya bertambah langka.
Morfologi Burung Gosong
Burung gosong tergolong burung yang bersayap pendek dan hidup di atas tanah. Terbangnya kaku dan biasanya hanya untuk jarak yang pendek tetapi mampu lari dengan baik. Bila dewasa burung ini berukuran sedang (36 cm), warnanya coklat keabu-abuan dengan sisi muka kemerah-merahan dan jambul pendek. Tubuh bagian atas coklat merah, bagian bawah keabu-abuan. Burung-burung muda berbintik dan bergaris-garis coklat serta coklat gelap, pada bagiaan iris berwarna coklat, paruh berwarna kuning, kaki berwarna jingga.
Penyebaran Burung Gosong
Burung gosong tersebar di sepanjang pantai Nusa Tenggara dan Maluku Tenggara. Di daerah Jawa dan Bali hanya ditemukan di Kepulauan Kangean, Jawa Timur.
Kebiasaan Burung Gosong
Burung ini mempunyai kebiasaan hidup sendiri (soliter) atau ber-pasangan (bila sudah kawin), berlari tergesa-gesa di lantai hutan dan semak bahkan hutan bakau, serta menggaruk-garuk tanah untuk mencari serangga. Bila merasa terganggu burung ini akan berlari atau terbang rendah di atas tanah. Pada malam hari mereka bertengger pada ketinggian 5 sampai 10 meter diatas tanah.
Selain kebiasaan tersebut, burung gosong juga mempunyai kebiasaan unik yaitu pada malam hari mengeluarkan suara aneh dan menakutkan, kadang-kadang mengeluarkan suara pangilan berceguk-ceguk rendah. Makanan burung ini adalah buah-buahan kecil dan serangga.
Perkembangbiakan Burung Gosong
Burung gosong bersarang secara tidak biasa karena inkubasi telur terjadi di dalam tumpukan tanah dan vegetasi kering yang membusuk. Sarang ini dibuat untuk digunakan selama beberapa tahun, kadang-kadang beberapa pasangan menggunakan tumpukan tanah yang sama dan mereka saling menolong untuk meletakkan daun-daun yang baru, ranting-ranting dan kayu mati dengan kakinya.
Burung betina membuat terowongan pada bagian atas tumpukan tanah dan meletakkan telurnya yang besar dan berwarna merah jambu yang semakin lama menjadi semakin pucat. Burung gosong muda yang berbulu lengkap keluar dari cangkangnya setelah 70 hari dan sudah bisa terbang. Masa berbiak burung ini di Kepulauan Kangean tercatat pada bulan April.
Burung gosong merupakan salah satu jenis satwa yang masuk kategori dilindungi undang-undang. Oleh karena itu diharapkan peran semua pihak untuk ikut membantu upaya pelestariannya. Apalagi keberadaannya di alam yang mulai memprihatinkan dan sangat rawan terhadap upaya perburuan terutama telurnya untuk konsumsi masyarakat. Burung langka ini juga cukup sensitif dan sulit beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Bahkan upaya perkembangbiakan yang dilakukan di sejumlah lembaga konservasi pun belum pernah berhasil dan selalu berakhir dengan kematian. Dengan deskripsi singkat mengenai burung gosong, kita akan lebih mengenal keberadaan saudara dekat burung maleo yang unik ini, sehingga diharapkan bisa mempelajarinya lebih jauh.
Diposkan 12th April 2010 oleh Konservasi Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kami harap saran dan masukan yang membangun demi ke baikan bersama.terimakasih