Selasa, 21 April 2015

Kangean surga Bawah laut jawa timur


Kepulauan Kangean merupakan gugusan pulau yang terletak bagian paling timur  Pulau Madura, Laut Jawa. Kepulauan ini terdiri dari 60 pulau, dengan luas wilayah 487 km². Pulau-pulau terbesar adalah Pulau Kangean, Pulau Paliat dan Pulau Sepanjang. Kepulauan Kangean termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sumenep, terletak pada posisi geografi 6°40′ – 7°20′ Lintang Selatan dan 115°20′ -116°00′ Bujur Timur, dibatasi oleh laut Bali, laut Jawa dan ujung timur Selat Madura.
Kabupaten Sumenep adalah kabupaten paling timur di Pulau Madura yang memiliki kekayaan sumber daya alam pulau terbesar di Provinsi Jawa Timur dibandingkan dengan beberapa kabupaten lainnya. Hal ini karena Sumenep memiliki luas lautan sekitar 45 persen dari luas lautan Provinsi Jawa Timur. Disamping itu, Sumenep pun memiliki 126 pulau (55 %) dari  229 pulau yang masuk wilayah Provinsi Jawa Timur.  Dan, dari 55 % keberadaan pulau-pulau itu, 79 % nya berada di wilayah Kepulauan Kangean, atau sekitar 45 % dari jumlah pulau yang ada di Jawa Timur berada di Kangean.
Secara geografis wilayah Kabupaten Sumenep terbagi atas dua wilayah yaitu :
  1. Bagian Daratan dengan luas : 1.146,93 Km2 (54,79 %) yang terbagi atas Tujuh Belas Kecamatan dan satu pulau di Kecamatan Dungkek
  2. Bagian Kepulauan dengan luas : 946,53 Km2 (45,21 %) yang meliputi 126 buah pulau, 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni, 104 buah pulau bernama dan 22 buah pulau tanpa nama.  Bagian kepulauan terbagi atas sembilan Kecamatan yaitu:  Kecamatan Giligenting. Talango. Nonggunong, Gayam, Raas, Sapeken,  Arjasa, Kangayan dan Masalembu. Sedangkan pulau paling utara adalah Pulau Karamaian termasuk wilayah Kecamatan Masalembu dengan jarak  ± 151 mil laut dari Kecamatan Kalianget dan pulau paling timur adalah Pulau Sakala termasuk wilayah Kecamatan Sapeken dengan jarak ± 165 mil Laut dari Kecamatan Kalianget. Pulau Kangean merupakan pulau terbesar dalam gugus Kepulauan Kangean dengan luas daratan 446,67 Km2.
                                                            Pantai Pulau Sabus
Di Kepulauan Kangean terdapat 3 kecamatan, yaitu Kecamatan  Arjasa yang membawahi Pulau Kangean bagian barat, Kecamatan Kangayan membawahi Pulau Kangean bagian timur dan Kecamatan Sapeken yang membawahi pulau-pulau kecil dan mendominasi bagian timur Kepulauan Kangean, antara lain Sapeken, Paliat, Sadulang Besar, Sadulang Kecil, Sepanjang, Pagerungan Besar, dan Pagerungan Kecil.
Kangean berjarak sekitar 125 km dari Sumenep. Transportasi yang ada saat ini adalah kapal laut  yang dikelola PT Dharma Lautan Indonesia dan Sumekar Line (milik Kabupaten Sumenep), dengan transportasi ini bisa di tempuh dalam waktu 8 jam dari pelabuhan kalianget ke pelabuhan batu gulok kangean.  Selain dengan adanya kapal milik pemerintah ada juga Kapal Express dari perusahaan swata yang hanya memerlukan waktu 3,5 jam untuk menempuh jarak tersebut. Dengan transportasi ini masyarakat Kangean dapat melakukan perjalanan baik urusan personal maupun urusan muat barang.
Kangean memiliki iklim tropis dengan curah hujan sekitar 155,43 milimeter dan rata-rata hari hujan 16,58 hari.  Sebagian wilayah Kepulauan Kangean tersusun oleh litologi pasir kuarsa berwarna abu-abu sampai putih termasuk dalam formasi Arjasa. Formasi Arjasa berumur Holosen yang pantainya berupa pasir berwarna putih memiliki kelerengan 20 – 50 dengan lebar 10 meter sampai 30 meter.  Daratannya termasuk dalam dataran rendah dengan ketinggian maksimum dari garis pantai 1,5 meter. Kecamatan Arjasa sendiri sebagian wilayahnya berada pada ketinggian 2-47 meter dpl dan berdasarkan karakteristik bentuk wilayahnya 84 % datar, 7 % berombak dan 9 % berbukit.
Kangean memang sangat layak menyandang sebutan ‘eksotis’ dengan kawasan hutan Jati dan rimba, hamparan hutan mangrove, pasir pantai landai yang putih, terumbu karang dengan beribu ikan hias warna-warni, lambaian nyiur dan tentunya bekisar yang cantik. Masyarakat yang ramah dengan budayanya menguatkan aura eksotisme Kangean.  Tidak berlebihan rasanya bila kepulauan ini saya sebut sebagai Mutiara Jawa Timur, meskipun masih terpendam dalam ‘lautan’ keterbatasan aksesibilitas dalam banyak sisi kehidupan.
Kepulauan kangean memiliki kawasan hutan seluas 38.254,10 hektar yang dikelola oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madura, terbagi dalam 3 Bagian KPH yaitu BKPH Kangean Barat dan Kangean Timur yang berada di Pulau Kangean, serta Sepanjang yang berada di Pulau Sepanjang.
Dilihat dari fungsinya, kawasan hutan Kepulauan Kangean dengan fungsi lindung lebih luas dibanding fungsi produksinya. Tabel 1 menunjukan keberadaan hutan lindung sebesar 20.761,20 hektar (54,27 %), sedangkan hutan produksi memiliki luas 16.974,46 hektar (44,37 %) dan hutan lainnya seluas 518,44 hektar (1,36 %).
Tabel 1. Lokasi Kawasan hutan berdasarkan Fungsi dan Luasannya di Kabupaten Sumenep.
Lokasi Kawasan Hutan
Fungsi Hutan dan Luas Kawasan (hektar)
Lindung
Produksi
Hutan Lain
Jumlah Total





Pulau Kangean
16.389,50
9.151,90
137,40
25.678,80
Pulau Paliat
713,90
3.401,20
302,10
4.417,20
Pulau Sepanjang
3.657,80
4.421,36
68,94
8.148,10
Jumlah di Kepulauan
20.761,20
16.974,46
518,44
38.254,10





Sumenep Daratan
213,00
3.410,2
507,80
4.131,10
JUMLAH TOTAL
20.974,20
20.384,66
1.016,24
42.375,20

                                                   Hutan bawah laut kep kangean
Kawasan hutan Kangean memiliki peran sangat vital bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya, baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial.  Masyarakat desa sekitar hutan yang terhimpun dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) memiliki akses 100 % pemanfaatan kawasan hutan.  Pemanfaatan tersebut berupa penanaman di bawah tegakan pohon, pemanfaatan sumber mata air, pemungutan hasil bukan kayu seperti cabe jamu, rotan dan empon-empon, pemanfaatan hutan pesisir untuk silvofishery dan pemanfaatan lainnya yang selaras dengan kelestarian sumberdaya hutan. Tercatat sebanyak 23 desa hutan dan 21 desa telah membentuk LMDH dan bekerja sama dengan Perum Perhutani melalui system Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Kekayaan sumberdaya hutan lainnya yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial dan ekologi masyarakat adalah hamparan hutan mangrove.  Ekosistem mangrove merupakan komunitas dari tumbuhan atau hutan yang beradaptasi dengan salinitas dan pasangsurut  air laut. Ekosistem ini memiliki peranan penting dan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya di sekitar pantai. Secara umum mangrove adalah pohon dan semak-semak yang umumnya tumbuh di zona intertidal dan mampu beradaptasi dengan lingkungan di bawah level air tertinggi pada pasang. Selama ini keberadaan ekosistem mangrove di Kepulauanan Kangean berkurang sangat drastis akibat pemanfaatan yang salah, seperti penebangan liar (illegal loging) dan cenderung merusak lingkungan.
Manfaat hutan mangrove secara fisik antara lain menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari abrasi, menahan tiupan angin kencang dari laut, serta menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi). Secara biologis hutan mangrove berfungsi sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai hewan air, tempat berlindung dan berkembang biak burung dan satwa lain, serta berfungsi sebagai sumber plasma nutfah. Selain itu, secara ekonomis, hutan mangrove berfungsi juga sebagai penghasil kayu dan bahan bangunan, penghasil bahan baku industri, bibit ikan, tempat pariwisata, serta penelitian dan pendidikan

Hasil interpretasi Citra Landsat ETM 7 tahun 2002-2003, dan digitasi tahun 2003 menunjukan wilayah Kepulauan Kangean memiliki hutan mangrove lebih dari 67,5 % (9.736,99 hektar) dari jumlah seluruh hutan mangrove di Pulau Madura (14.424,01 hektar).   Rhizophora stylosa juga merupakan jenis dominan untuk pohon dengan nilai penting 92,07 % dan Bruguiera gymnorrhiza sebagai co-dominan dengan nilai penting 75,72 %. Kepadatan pohon mencapai 414 batang per hektar dengan volume mencapai 102,57 m3 per hektar. Sedang untuk belta jenis yang mendominasi adalah juga Rhizophora stylosa (N.P. 97,93 %) dan Avicennia alba merupakan co-dominan (N.P. 85,77 %). Kepadatan belta mencapai 2.400 batang per hektar dengan volume mencapai 26,40 m3 per hektar.
Tabel 2. Daftar kepadatan dan volume belta masing-masing jenis per hektar di Pulau Kangean.
No
Jenis Mangrove
Kepadatan (batang/hektar)
Volume (m3/hektar)
1
Rhizophora stylosa    801 12,00
2
Avicennia alba    733    7,53
3
Lumnitzera racemosa    333    3,20
4
Rhizophora apiculata    266    1,20
5
Rhizophora mucronata    133    1,73
6
Bruguiera gymnorrhiza       67    0,53
7
Excoecaria agallocha       67    0,21
Jumlah
2.400               26,40
     Sumber : Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut, 2003.
Terumbu karang merupakan kumpulan organisme binatang-binatang kecil (disebut POLIP) yang hidup berkoloni dan membentuk terumbu. Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi fisik, biologi maupun sosial ekonomi. Terumbu karang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Berdasarkan kemampuannya memproduksi kapur, ada dua tipe karang, yaitu karang yang membentuk bangunan kapur (hermatypic corals) dan karang yang tidak dapat membentuk bangunan kapur (ahermatypic corals).
Hasil pemetaan terumbu karang menggunakan Citra Alos di Pulau Kangean (2009) menunjukan bahwa dari 11 pulau yang ada di Kecamatan Arjasa dengan luas wilayah 30,529.5 ha, terdapat terumbu karang seluas 3,536.2 ha yang tersebar pada 12 desa. Sedangkan dari 27 pulau yang ada di Kecamatan Kangayan dengan luas wilayah 20,562.5 ha, ditemukan terumbu karang dengan luas mencapai 2,900.5 ha yang tersebar pada 9 desa. Kekayaan sumberdaya laut terumbu karang ini tentunya merupakan harta terpendam yang nilainya tak terhingga.  Pegelolaan atas keberadaannya dapat memberikan keuntungan ekonomi, sosial dan ekologi bagi masyarakat di sekitarnya.
Sayang sekali, hasil pengamatan secara sampling, hampir sebagian besar kondisi terumbu karang di sekitar P. kangean dan sekitarnya dalam kondisi rusak.  Di P. mamburit terdapat hamparan terumbu karang yang panjang, pada posisi penyelaman 6o51′ S dan 115o12’07″ E, berupa hard coral brancing dan encrusting non acropora terlihat banyak yang sudah mati, terlebh pada kedalaman 3 meter, kondisi terumbu karang yang sangat memprihatinkan.
Tingginya pemanfaatan berbagai jenis barang sumberdaya yang ada pada terumbu karang, khususnya pengambilan batu karang untuk bahan bangunan, penangkapan ikan dengan bom, dengan racun (potas) maupun dengan bubu, menimbulkan berbagai dampak lingkungan yang tidak baik.
Terumbu karang sebagai sumberdaya yang memiliki nilai konservasi tinggi karena memiliki keanekaragaman biologis yang tinggi dan keindahan sebagai potensi wisata di Kangean, diduga lebih dari 50 % nya dalam keadaan rusak. Hal ini sebagai akibat dari penggunaan bahan peledak dan racun dalam penangkapan ikan di daerah sekitar terumbu karang tersebut.

Info trip silahkan hub.082330525519