Kamis, 16 April 2015

Potensi Wisata Bahari Pulau Sitabbok Sapeken

pulau sitabbok sapeken 

Sumenep sebagai kabupaten kepulauan tidak hanya kaya sumber daya alam, namun juga memiliki potensi wisata yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Salah satu potensi wisata bahari terdapat di Pulau Sitabok. Pulau ini terlihat mungil yang memiliki potensi wisata bahari yang menajubkan. Keindahan pulau ini masih sangat natural. Pemandangan pantai dan laut tetap memukau meskipun tidak ada pembangunan sama sekali.
Potensi keindahan alam di pulau ini seperti hamparan pasir putih yang bersih, terumbu karang di bawah laut dilengkapi dengan palung laut atau tebing terjal yang ada di laut benar-benar melengkapi keindahan sehingga rugi jika datang ke Kepulauan Sapeken lalu tidak sampai dan menikmati Pulau Sitabok.
Pulau ini terdapat di Kecamatan Sapeken yang memiliki 26 pulau. Salah satunya adalah Pulau Sitabok yang masuk ke wilayah Desa Sapeken. Dari sekian pulau yang ada, pulau ini merupakan pulau andalan untuk dijadikan objek wisata bahari di daerah kepulauan khususnya di Kecamatan Sapeken.
Untuk bisa sampai ke pulau yang berpenghuni 40 Kartu Keluarga (KK) ini hanya membutuhkan waktu 10 menit dari daratan Desa Sapeken dengan menggunakan jasa transportasi perahu tradisional.
Awalnya, pulau yang sanga berpotensi dijadikan objek wisata ini hanya dihuni satu keluarga, lalu beranak pinak hingga akhirnya berkembang banyak hingga sekarang.
Selama ini, pengunjung yang datang berlibur dan menikmati keindahan pulau Sitabok adalah masyarakat lokal. Biasanya, pulau ini dipadati pengunjung pada saat liburan sekolah, lebaran hari raya dan momentum hari libur lainnya.
“Di Sapeken itu ada potensi wisata yang sering dijadikan tempat berlibur karena keindahan pantai maupun lautnya, di antaranya Pulau Saebus, pantai Pulau Saseel. Namun yang paling banyak pengunjung dan paling indah adalah pulau Sitabok ini” kata Nur Asyur, salah satu tokoh Kepulauan Sapeken.
Dari saking indahnya Pulau Sitabok, tidak hanya menyedot perhatian wisatawan lokal yang berlibur, namun juga menarik perhatian masyarakat luar Madura untuk berlibur menikmati keindahan alamnya, terbukti setiap ada kapal pesiar yang berlayar, berkali-kali mampir mengunjungi pulau tersebut, “Sudah menjadi rute mereka. Seringkali kapal pesiar milik turis dari Bali singgah ke Pulau Sitabok, hanya untuk menikmati pemandangan pantai yang penuh dengan pasir putih yang bersih dan indah, ” cerita Nur Asyur.
Meskipun belum diresmikan menjadi objek wisata, pulau ini sudah punya website. Biasanya beberapa tamu luar datang berkunjung tahu dari informasi internet ini. Mereka datang ke sana untuk menikmati indahnya pemandangan bawah laut yang tersimpan banyak terumbu karang indah.
Namun keindahan pantai Pulau Sitabok ini yang belum digarap menjadi objek wisata, terancam punah karena setiap tahun terus terkikis oleh abrasi. Sehingga pulau yang hanya ditempati ratusan penghuni ini kian mungil.
Menurut Nur Asyur yang juga anggota komisi D DPRD Sumenep, selama ini investor sering melakukan kunjungan melihat potensi pulau tersebut, dan ada sebagian investor yang sudah mulai tertarik dan merencanakan menjadikan lokasi tersebut dijadikan objek wisata bahari.
Tanah di pulau itu sudah banyak yang dibeli untuk dibangun wisata. Pihak ketiga ini tertarik untuk menjadikan sebagai lokasi wisata, bahkan kata Nur Asyur, ada investor yang sudah merencanakan untuk bertemu dengan Bupati Sumenep, A Busyro Karim. Mereka ingin mempresentasikan konsep pengelolaan Pulau Sitabok sehingga tidak merugikan warga lokal dan sekitarnya. Namun selama ini, pertemuan masih belum sempat terjadi. “Mungkin tidak ada waktu yang pas,” paparnya.
Rencana pembangunan objek wisata pulau Sitabok menawarkan konsep wisata natural yang bernuansa khas kehidupan masyarakat setempat dengan menjaga local wisdom (kearifan lokal). Menurut Nur Asyur dari konsep itu, investor meyakinkan tidak akan mencenderai nilai-nilai adat istiadat maupun nilai agamis. Sebab pulau tersebut terisolasi dari masyarakat luas. Salah satu konsep yang ditawarkan dengan desain natural adalah tempat penginapan dengan menggunakan rumah panggung, tanpa telivisi dan lainnya.
Menurutnya yang paling penting untuk mewujudkan pembangunan objek wisata bahari ini adalah komunikasi investor dengan masyarakat setempat tentang model atau desain wisata. Dan hal itu akan terlaksana jika difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Sebagai masyarakat Sapeken, Nur Asyur berharap ada pembangunan tangkis laut mengingat setiap tahun pulau tersebut terus mengcil akibat abrasi. Selain itu juga ada jembatan.
Di lain pihak, kepala Desa Sapeken, Muhammad Salim juga mengakui jika potensi alamnya dan keindahan laut dengan berbagai keindahan trumbu karang dan palung yang tertancap di tengah laut memang sangat berpeluang dijadikan tempat objek wisata.
Namun ada satu masalah yang harus diselesaikan. Menurutnya, mayoritas masyarakatnya yang tinggal di Pulau Sitabok ini tidak memiliki tanah. Sehingga kalau mau dijadikan objek wisata maka harus ada solusi bagi mereka.
Ia menawarkan, jika Pulau Sitabok dijadikan objek wisata, maka yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah memberikan ganti lahan tanah untuk digarap dijadikan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat. Dan hal itu kata dia butuh campur tangan pemerintah. “Memang potensi laut dan pantainya yang indah sangat mungkin dijadikan objek wisata, tapi persoalan tanah warga juga harus dicarikan solusi, kasihan mereka,” tuturnya. (Sumber: Info)

Senin, 13 April 2015

Crew Kangean Wisata Dimuat Radar Semuenep


SUMENEP - Meski sudah diberitahu untuk tidak melakukan penambangan terhadap sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga atau terumbu karang, masih saja ada warga yang nekat menambang secara ilegal. Padahal, hal tersebut bisa berdampak dan menyebabkan kerusakan lingkungan di bawah laut. Maraknya aksi penambangan terumbu karang liar itu diprediksi akan memperparah tingkat kerusakan biota laut.
Selain penangkapan ikan menggunakan bahan peledak (handak) dan penempatan jangkar perahu yang sembarangan, aksi penambangan secara ilegal diduga kuat menjadi salah satu faktor yang mendominasi kerusakan terumbu karang. Saat ini, kegiatan penambangan terumbu karang di wilayah kepulauan masih sering terjadi. Ironisnya, Pemkab Sumenep melalui instansi terkait angkat tangan karena belum bisa maksimal melakukan penertiban terhadap pelaku penambangan terumbu karang.
Ernawan Utomo selaku Kabid Bidang Pengawasan dan Penanggulangan Dampak Lingkungan BLH Sumenep mengatakan, institusinya sudah pernah melakukan pendekatan secara persuasif kepada warga. Langkah itu dilakukan pasca maraknya penambangan terumbu karang di wilayah kepulauan. Harapannya, aksi penambangan terumbu karang bisa ditekan. ”Kami sudah mengajak diskusi warga terkait ini (penambangan terumbu karang, Red),” katanya.
Dijelaskan, upaya BLH Sumenep tersebut ternyata belum menunjukkan hasil yang positif. Indikasinya, penambangan terumbu karang secara ilegal masih marak dan bahkan sudah menyebabkan kerusakan biota laut. ”Kami kewalahan jika harus mengkaver semua wilayah kepulauan. Apalagi, jumlah staf BLH sangat terbatas,” ungkap Ernawan Utomo.
Pihaknya meminta seluruh masyarakat kepulauan juga berperan aktif dalam mengawasi lingkungan laut. Sebab, dia menilai, warga kepulauan lebih mengetahui kondisi di lapangan. ”Dengan peran aktif masyarakat itu, kami harapkan bisa menekan aksi penambangan terumbu karang. Masyarakat kepulauan harus bisa menjaga kelestarian lingkungan laut yang ada di sekitarnya. Kelestarian lingkungan tanggung jawab kita bersama. Kalau diserahkan kepada pemerintah sulit, sebab kepulauan Sumenep cukup luas,” tandasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kapolres Sumenep AKBP Rendra Radita Dewayana menegaskan bahwa pengamanan terhadap perairan juga menjadi salah satu atensi institusinya. Termasuk, menjaga keamanan biota laut yang notabene memiliki kekayaan alam yang melimpah. ”Kelestarian lingkungan laut harus dijaga demi masa depan anak cucu kita di masa mendatang,” tandasnya. (*/yan)

KEINDAHAN ALAM DAN BUDAYA BERSAMA KOMPAS TV

Lembayung di Saujana Kangean

PERJALANAN Dayu, host program "Explore Indonesia" yang tayang di KompasTV, kali ini mengeksplorasi kepulauan paling timur Madura, yaitu Kepulauan Kangean. Gugusan sekira  60 pulau yang menjadi bagian dari kepulauan Kangean ini terbentang dengan luas keseluruhan 487 kilometer persegi.

Masyarakat Kangean memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat di luar Pulau Kangean, meski Kangean masih menjadi bagian dari pulau Madura. Beberapa faktor di antaranya adalah letak atau posisi kepulauan Kangean yang cukup jauh dengan Madura.

Terutama percampuran beberapa suku yang menetap di kepulauan Kangean, sehingga meciptakan produk budaya baru. Bahasa Kangean, misalnya  adalah satu produk budaya yang kuat sebagai identifikasi sekaligus identitasnya.

Ragam unik dan khas kepulauan Kangean inilah, yang menuntun Dayu menelusuri beberapa tempat di Pulau Kangean, seperti Perkebunan jati milik warga. Pohon jati menjadi tanaman keras yang seakan menjadi tanaman wajib warga Kangean di lahan atau kebun mereka. Pohon jati dijadikan seperti investasi panjang, karena rata-rata warga kangean mengais rezeki ke luar negeri.

Rumah tradisional Kangean yaitu Pacenan masih cukup banyak terdapat di desa-desa di Kangean. Dayu mengunjungi salah satu rumah tradisional dan bertemu tokoh masyarakat yang mengupas sedikit tentang sisi-sisi budaya Kangean.

Dok. Kompas TV Karapan kerbau di Pulau Kangean
Tradisi paling menonjol di Kepulauan Kangean adalah lombe atau lomba karapan meggunakan kerbau. Perlombaan pacuan kerbauu yang sudah berlangsung sejak dulu. Karapan kerbau bergeser fungsinya, yaitu sebagai gengsi sang pemilik kerbau pacuan, hingga menaikkan setatus sosial pemilik kerbau bila kerbau miliknya bisa juara dalam perlombaan tersebut. Karapan kerbau didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Kangean yang dinamakan saronen.

Selain Pulau Saobi, pulau yang dikunjungi Dayu dan tinggal beberapa hari di sana adalah Pulau Pagerungan. Pulau yang sekira 25 tahun lalu telah dikenal dengan produksi gas bumi terbesar di Jawa Timur.

Di Pagerungan, Dayu menikmati alam dan budaya pesisir, seperti mengenal kerajinan santeki yaitu kerajinan dari bahan kayu tanaman sentigi atau cantigi dan mengunjungi sentra pembuatan kapal kayu.

Dayu bertemu dengan keluarga pejuang lingkungan. Ya, Pulau Pagerungan Besar yang rentan tergerus air laut, sangat butuh “benteng” sebagai penahan abrasi pesisir. Benteng itu adalah tanaman mangrove. Dayu antusias bertemu dengan bapak anak yang tekun menjadi pelestari mangrove.

Anda bisa menyaksikannya secara lengkap dalam program Explore Indonesia episode  "Lembayung di Saujana Kangean" yang akan tayang Rabu, 10 september 2014, pukul 20.00 WIB. (Herwanto) PRODUSER dan di temani Gaed Mat Saleh. CP.082330525519