Selasa, 04 Maret 2014

Upacar Adat Pangkak, Kearifan Lokal dari Pulau Kangean

Ke arah timur +/- 99 millaut dari kota Sumenep terdapat sebuah pulau yang berjarak yaitu Pulau Kangean.Pulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan kapal 7 jam perjalanan. Pusatkegiatan administrasi laut atau perahu mesin pemerintahan di pulau ini adalahdi Kecamatan Arjasa, dimana di tempat ini salah satu potensi budaya tumbuh,berkembang, memasyarakat, dan menarik sebagai suatu kekhasan seni budaya diKabupaten Sumenep, yaitu Upacara Adat “Pangkak” yang terdapat diDesaKalikatak. Upacara adat ini berawaldari sebuah tradisi unik masyarakat Pulau Kangean. Yang biasanya mengadakanacara panen (menuai padi) bersama, dengan tujuan sebagai rasa syukur masyarakatdan pemupuk rasa kebersamaan.
 
Upacara ini dikemasdengan memadukan ritual keagamaan, kesenian, dan aktivitas masyarakat setempatdalam keseharian. Upacara Pangkak bukanlah upacara besar sebagai manaupacara-upacara ritual yang dilakukan masyarakat Sumenep pada umumnya. Namunupacara ini, lebih menonjolkan sifatnya yang sederhana, unik, kebersamaan, danjauh berbeda dengan upacara yang kita kenal (misalnya NYADAR), upacara Pangkaksangat jauh dari hal-hal yang berbau mistis.
 
Karena sifatnya yangkedaerahan dan sangat sederhana, upacara Pangkak sendiri kurang mendapatperhatian dan sorotan dari masyarakat maupun dari pemerintah Sumenep. Tak ayaljika keluar sedikit dari kawasan Kangean, Pangkak menjadi sebuah nama yangasing bagi para pendengarnya. Meskipun demikian yang tak boleh dilupakan adalahbahwa Pangkak merupakan salah satu tradisi peninggalan yang dapat menunjukansuatu identitas social kehidupan dari masyarakat Pulau Kangean, sehingga tidakberlebihan kiranya jika bukan hanya masyarakat Pulau Kangean saja yang menjagaidentitas tersebut, namun kita secara bersama-sama saling menyelamatkan upacaraadat yang hampir punah ini.
Seperti halnya desa-desalain, desa Angon-angon mempunyai beberapa adat istiadat yang tidak jauh bedadengan mereka, diantaranya adalah adapt pernikahan.
 
Seperti yang dikutip daripara sesepuh, soal peminangan seorang gadis sampai pada acara pernikahannya,maka pada mulanya orang tua para dua calon mempelai membuat suatu kesepakatantanpa sepengetahuan dua calon mempelai tesebut karena sudah menjadi adaptataupun tradisi sejak nenek moyang terdahulu. Konon katanya selalu dijodohkanpada famili-familinya sendiri dengan alas an agar ikatan kekeluargaan tidakterputus dan menjadi keluarga besar secara turum temurun.Gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kami harap saran dan masukan yang membangun demi ke baikan bersama.terimakasih